Kaca Patri


Berbagai macam kreasi atau kerajinan tangan banyak bermunculan dari ide yang mula-mula kadang sederhana. Bahannya bisa dari apa saja. Plastik, kertas, kayu, hingga kaca. Ide-ide itu kemudian menghasilkan aneka kreasi yang indah. Seperti kreasi kaca patri atau stained glass. Seni pembuatan kaca patri sudah ada sejak lama, ini dibuktikan dengan banyaknya gereja atau museum tua yang jendela atau pintunya terpasang hiasan kaca patri. Kaca patri memang kreasi hiasan, tujuannya untuk mempercantik gedung atau ruangan. Hasil dari kreasi ini sendiri terbagi dua, simbolik dan non simbolik. Simbolik biasanya berupa tulisan atau gambar yang bermaksud memaknai sesuatu. Seperti tulisan Allah, Muhammad, kaligrafi pada Masjid, atau lukisan Bunda Maria dan Yesus pada Gereja. Sementara yang non simbolik, biasanya berupa lukisan pemandangan alam atau lukisan dengan pola tertentu, seperti bunga, atau aneka bentuk simetris.

Filosi penting dalam pembuatan kaca patri menurut Miswan, salah seorang pengrajin kaca patri yang membuka bengkel kaca patri di daerah Cakung, Jakarta Timur, adalah warna dan bentuk. Menurut Miswan, seorang pengrajin kaca patri harus memiliki sense dalam mengkomposisi warna. “Setiap memilih warna harus melalui pertimbangan matang, karena kaca patri juga berhubungan dengan efek cahaya, baik dari matahari maupun lampu. Warna-warna pada kaca patri harus bisa ‘masuk’ dengan cahaya-cahaya itu.” katanya.

Lalu bagaimana sih proses kreatif pembuatan kaca patri? Menurut Miswan, setelah pembeli mengorder bentuk tertentu kepada pengrajin. Pengrajin kemudian mengaplikasikan bentuk tersebut kedalam beberapa gambar kasar lengkap dengan komposisi warnanya. Setelah pembeli setuju dengan salah satu gambar kasar, pengrajin membuat ulang gambar tersebut lebih tajam dan halus diatas karton tebal. Gambar itu kemudian dijadikan model atau mal. Kemudian dimulailah proses pemotongan kaca berdasarkan mal tersebut. Setelah semua kaca terpotong dan sudah sesuai dengan mal, dilanjutkan dengan proses penggabungan kaca menggunakan timah berbentuk panjang dan tipis, dimana dikedua sisinya dapat ‘menjepit’ kaca.
Jadi, satu kaca dengan kaca lainnya ‘digandeng’ atau ‘dijepit’ dengan timah yang berada ditengah-tengah. Setelah semua kaca disatukan dan membentuk pola yang diinginkan, timah-timah tersebut kemudian dipatri (dilelehkan hingga saling menempel). Sesudah itu, kaca-kaca tersebut ‘dikunci’ dengan mematri seluruh pinggir luar model agar kencang dan kaca tak goyang.

Selanjutnya adalah proses finishing yakni dengan mengecat timah-timah tersebut dengan warna yang sesuai dan mengelap kaca patri hingga bersih mengkilap. “Setelah itu, barulah dipasang ke tempat yang diinginkan, proses pemasangan biasanya dilakukan oleh pengrajin, karena mereka tahu teknik pemasangan yang benar.” papar Miswan yang mengaku sudah membuka bengkel kaca patri sejak empat tahun lalu. Miswan juga mengatakan, proses tersebut adalah untuk pembuatan kaca patri jenis single , untuk pembuatan jenis double,
kaca patri yang sudah jadi itu kemudian lapisi lagi dengan kaca bening bolak-balik. Jarak lapisannya sekitar 1 cm dari kaca patri utama. Lalu kaca bening tersebut dilem pinggiran dengan lem silikon. “Sehingga tampilannya, kaca patri tersebut ada didalam kaca.” ujar pria yang memiliki dua anak ini.

Miswan berujar, harga kaca patri bervariasi tergantung ukuran dan detail polanya, jika ukurannya besar dan detail polanya rumit, harganya tentu lebih mahal. “Untuk satu meter persegi dengan pola dan detail yang tidak terlalu sulit, harganya berkisar satu juta rupiah per meter, ingat loh semua bahannya impor.” terangnya. Miswan juga menerima pesanan dibawah ukuran itu, misalnya 30 cm, 50 cm, 80 cm atau sesuai keinginan pemesan dengan harga variatif mulai Rp 300.000. Selain menerima pesanan kaca patri, bengkel Miswan juga menerima pesanan kaca sunblast dan gravir. Dalam sebulan, Miswan mengaku mendapat order sekitar enam atau delapan order dalam sebulan.

Namun sejak harga BBM dan harga kebutuhan pokok melonjak, Miswan mengaku saat ini usahanya lesu. “Dalam sebulan paling banter dapat satu order, kalau ordernya besar sih masih lumayan, ini paling-paling dapat order semeter persegi.” ujarnya galau. Miswan mengaku saking kurangnya modal, ia kerap meminta uang muka hingga 50 persen dari pemesan. “Supaya bisa buat beli bahannya, Mas.” katanya singkat.

Meski bukan perusahaan perseroan, Portofolio bengkelnya sudah cukup banyak. Ia menyebut sebuah gereja HKBP di Jakarta Barat, beberapa rumah artis seperti Dewi Yull, dan beberapa gedung di Jakarta Pusat menggunakan kaca patri bikinannya.(yayat).

sumber : KabariNews.com
◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 Pengrajin Souvenir