Kerajinan Tangan Wologai, Flores Terkenal Sampai Eropa

Tak hanya ada kampung dan upacara adat di Kampung Wologai, Flores, NTT. Di dalam kampung ini juga tercipta patung-patung khas Suku Lio yang bisa menembus pasar Eropa. Tak heran bila kerajinan tangan itu bisa dihargai puluhan juta rupiah!

Ramah dan murah senyum. Itulah yang dapat kusimpulkan dari sosok paruh baya saat pertama kali bertemu oleh Alo Leta di sebuah rumah sederhana, di Kampung Adat Wologai.

'Silakan masuk', sebuah ajakan ringan dan sepenuh hati. Akhirnya kulangkahkan kakiku ke dalam rumah mungilnya, yang beratap seng dan berdinding bambu, tepat di samping sebuah rumah adat Lio yang dalam bahasa setempat disebut Sa'o Ria.

Tepat di depan pintu masuk, di atas sebuah meja kecil berukuran 0,5x1 meter, berjajar puluhan karya seni bernilai tinggi. Ini merupakan hasil karya tangan dari seorang warga kampung adat Wologai, Flores, NTT.

Sosok itu bernama Aloysius Leta. Umurnya sekitar 50-an tahun. "Saya mulai membuat karya seperti ini sejak 30 tahun lalu. Tidak ada yang menyuruh, semuanya berjalan apa adanya," kata Pak Alo Leta membuka pembicaraan.

Ini hanya sebagian kecil saja, masih ada banyak hasil karya lainnya yang tersimpan rapi dalam sebuah kamar dalam rumahnya, yang memang khusus diperuntukan menyimpan karya-karya seni bernilai tinggi.

Pada pembicaraan selanjutnya, Pak Alo menyebutkan salah satu karyanya sempat ditawar oleh seorang wisatawan dari Belgia sebesar Rp 10 juta. Tetapi beliau belum mau melepaskannya. Tidak setiap hari Pak Alo Leta mengalokasikan waktunya untuk membuat karya-karya seni bernilai tinggi.

"Biasanya saya membuatnya setelah mendapatkan inspirasi atau ilham. Sebelum membuatnya, saya biasanya tidur di Sa'o Ria, dan bila mendapatkan inspirasi, maka saya langsung membuatnya. Buat saja, dan hasilnya seperti ini," tutur Pak Alo Leta.

Tidak banyak traveler yang tahu kalau di Kampung Wologai, tersimpan potensi lain berupa karya-karya artistik bernilai seni tinggi. Memang selama ini, potensi tersebut seolah tidak terdengar.

Kampung wologai berjarak hanya sekitar 2 km dari Jalan Trans Flores. Bila dilihat dari Jalan Trans Flores hanya terlihat bubungan Sa'o Ria saja.

Selain memiliki kemampuan tersebut, Pak Alo Leta juga memiliki keahlian lain, yaitu membangun Sa'o Ria. Dalam tradisi Lio, untuk membangun sebuah rumah adat, sangat rumit dan tidak sembarang orang dapat mengerjakannya. Pak Alo Leta merupakan salah satu orang yang memiliki keahlian tersebut.

Sementara itu, tepat disamping tempat tinggalnya, terdapat sebuah Sa'o Ria yang tampaknya belum lama direnovasi. Beberapa karya tangannya juga turut menghiasi rumah adat tersebut.

Anda bisa melihat sebuah patung tangan pada dinding luar Sa'o Ria, beberapa hasil pahatan bernilai seni dan bermakna tinggi dalam tradisi masyarakat adat Lio. Serta, beberapa karya lainnya yang tersimpan dalam rumah adat tersebut.

Pada tahun 2010 lalu, pernah ada mahasiswa asing dari Eropa yang mengadakan program Live In di kampung tersebut. Mereka sangat tertarik dan mengagumi hasil karya yang dihasilkan oleh Alo Leta. Sangat original dan tidak tercampur oleh unsur seni dari daerah lainnya.

Kini, beberapa karya seni yang dihasilkan oleh tangan terampil dari seorang masyarakat adat Wologai telah berhasil menembus beberapa negara di Eropa. Mereka rata-rata tertarik karena keasliannya. Semua karyanya juga memiliki kaitan erat dengan budaya dan tradisi dari masyarakat adat Lio.

Terdapat sebuah harapan besar dari Alo Leta, bila dikemudian hari karya-karyanya semakin dikenal. Sehingga kita tidak hanya mengenal Wologai dengan pesona kampung adat serta ritual-ritual yang sangat sakral saat berlangsung pesta panen. Tetapi juga, termasuk di dalamnya berupa karya-karya seni khas Suku Lio dari Flores. Berkaryalah terus Pak Alo!

sumber : detik
◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 Pengrajin Souvenir